Monday, February 11, 2008

Mengapa Mereka Bunuh Diri?

AKHIR-AKHIR ini kasus bunuh diri marak terjadi. Makin banyak orang mengakhiri hidupnya dengan pilihan tragis. Mengapa ini harus terjadi?

Tragis dan mengenaskan, membaca berita bunuh kembali terjadi. Desi Octavia, 26, tewas setelah melakukan aksi terjun bebas. Korban diduga kuat akibat aksi bunuh diri dengan cara menjatuhkan diri dari lantai delapan Hotel Banyuwangi Sintera, Jakarta Pusat, Jumat (8/2).

Maraknya kasus bunuh diri dengan berbagai macam cara yang ditempuh seperti terjun dari ketinggian gedung, menenggak racun, memotong urat nadi, membakar diri atau menabrakkan diri membuat kita prihatin.

Menurut Staf Pengajar Bagian Psikiatri FKUI/RSCM dr Suryo Dharmono SpKJ (K), penyebab bunuh diri adalah multifaktor. "Perilaku bunuh diri merupakan interaksi yang kompleks dari faktor biologik, genetik, psikologik, sosial budaya, dan lingkungan," tuturnya.

Ke semua faktor pemicu tersebut tidak dapat berdiri sendiri dan saling memengaruhi. Tekanan hidup dan kesulitan ekonomi hanya memicu stres dan depresi. Gangguan menjadi tidak wajar dan semakin mengkhawatirkan bila terus berkepanjangan dan tidak mendapatkan penanganan yang tepat.

Depresi yang tidak ditangani dengan benar dan komprehensif akan menyebabkan seseorang cenderung melakukan tindakan bunuh diri. Penderita depresi tidak mengetahui cara penyelesaian masalah dan berpikir bunuh diri adalah salah satu penyelesaian masalah.

Dorongan ini akan semakin kuat,apabila penderita mengalami halusinasi dan waham. Sebagai contoh, penderita seperti mendenga rsuara-suara yang menyuruh bunuh diri.

Suryo melanjutkan, perilaku bunuh diri pada orang dewasa merupakan hasil keputusan berdasarkan pertimbangan ketika tidak bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi. Berbeda dengan perilaku pada remaja, mereka cenderung meniru dari peristiwa yang dilihat.

"Misalkan, pemberitaan bunuh diri di media massa. Pada remaja akan melihat hal tersebut sebagai salah satu alternatif penyelesaian masalah," lanjut alumnus Universitas Indonesia seraya menambahkan pada orang yang depresi tidak ada hubungannya dengan keimanan.

Terkait makin maraknya kasus bunuh diri, menurut Suryo,bukan hanya terjadi di daerah urban. Di daerah Gunung Kidul menyebutkan perilaku bunuh diri dengan alasan putus asa karena sakit menahun yang tidak kunjung sembuh juga banyak sekali tercatat.

Menyikapi fenomena bunuh diri yang terjadi sosiolog dari Universitas Indonesia Ricardi Adnan menyebut perilaku tersebut sebagai salah satu solusi melarikan diri dari kenyataan.

"Selain tidak siap menghadapi masalah, perilaku bunuh diri juga adanya ikatan sosial yang rendah dan individualistis akan memicu tindakan tersebut. Karena tidak adanya kontrol dari orangtua, keluarga atau teman," ujar pria yang akrab disapa Ricky.

(sindo//tty)

Sumber :
LifeStyle.OkeZone.Com

No comments: